Misteri Harta Karun Kerajaan Sriwijaya

Foto: Perhiasan dari emas diduga peninggalan kerajaan Sriwijaya
 Dikabari.com  – Penemuan harta karun berupa emas, perunggu dan giok di Cangal, Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan, menghebohkan masyarakat.
Sejumlah warga menemukan berbagai perhiasan dan pernak-pernik, ada emas, perunggu dan giok dalam berbagai bentuk di lahan bekas karhutla, diduga peninggalan Kerajaan Sriwijaya.

 Macam-macam harta ditemukan warga di sepanjang pantai timur Sumatera Selatan tersebut. Mulai cincin, serbuk emas, guci, hingga kemudi kapal. Pihak terkait masih meneliti untuk apakah  kawasan tersebut sebagai situs cagar budaya peninggalan kerajaan Sriwijaya.
Lalu apakah benar benda-benda kuno tersebut seluruhnya adalah peninggalan Kerajaan Sriwijaya?
Kepala Arkeologi Sumsel Budi Wiyana menjelaskan, lokasi tersebut merupakan permukiman lama sejak awal Masehi. Di sana ditemukan berbagai peninggalan lama.
Masih banyak orang-orang percaya bahwa ada harta karun yang tersembunyi dari bekas kerajaan Sriwijaya.

Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan yang konon terbesar dan termakmur di Asia Tenggara. Sriwijaya pun tentunya memiliki kekayaan yang sungguh banyak. Pada tahun 2009, ditemukan sebuah patung emas senilai 4 miliar di Sungai Musi yang dipercaya merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Tapi hingga sekarang kekayaan lainnya belum ditemukan oleh pemerintah sekalipun.
Pada tahun 2009 lalu, sebongkah patung emas dengan nilai 4 miliar rupiah ditemukan di Sungai Musi. Penemuan harta karus berlanjut tahun 2015. Warga Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan digegerkan penemuan harta karun diduga peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Ada emas, perunggu dan giok dalam berbagai bentuk.

Pada tahun 2011 Walikota Palembang, Eddy Santana kala itu melakukan kerjasama dengan sebuah perusahaan swasta untuk mengeksplor dan mencari sisa harta karun kerajaan Sriwijaya di Sungai Musi. Konon sungai ini banyak sekali menyimpan harta-harta yang dibuang di masa lalu. Bahkan pemerintah kota Palembang melakukan kerja sama dengan pihak swasta untuk melakukan eksplorasi. Sayangnya, selama eksplorasi belum ada harta karun yang ditemukan.

Media Komunikasi Publik Pemkab OKI menyebut tempat penemuan emas dan barang-barang bersejarah diduga sebagai dermaga saat masa kerajaan di Talang Petai, Tulung Selapan. Bahkan, sejak tahun tahun 2015 warga sudah melakukan perburuan barang-barang yang menjadi bukti sejarah bekas dermaga tersebut.

Penemuan beberapa barang-barang diduga peninggalan kerajaan Sriwijaya. Ada yang menemukan emas berupa gelang, perunggu, prasasti, giok dan bekas perahu yang sudah sangat tua.

Mengutip Wikipedia, Sriwijaya adalah kemaharajaan bahari di Pulau Sumatera. Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan tersebut berasal dari abad ke-7. I Tsing, seorang pendeta Tiongkok dari Dinasti Tang, menulis bahwa dirinya mengunjungi Sriwijaya pada tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan.
Prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7. Yakni, Prasasti Kedukan Bukit di Palembang.
Menurut Kepala Balai Arkeologi Sumsel Budi Wiyana, berbagai benda bersejarah yang ditemukan di OKI tersebut diduga berasal dari zaman Kerajaan Sriwijaya. Memang banyak temuan papan perahu kuno dan sebagainya di wilayah pesisir timur Sumsel.
Misalnya, di Karang Agung Tengah, Musi Banyuasin, dan Air Sugihan, Tulung Selapan, atau Cengal di OKI. Juga, di Desa Ulak Kedondong, Cengal, OKI.
Ada warga yang menemukan kemudi dari kapal tua, juga emas atau barang berharga lain.
Khusus untuk kemudi itu, panjangnya sekitar 3 meter dan besarnya seukuran paha orang dewasa. Pada bagian ujung ada sedikit sisa daun kemudi. Dengan kemudi sepanjang itu, minimal panjang kapalnya 12 meter dan bobotnya bisa mencapai 36 ton.
Sangat mungkin kapal itu digunakan untuk melakukan perdagangan samudra. Akibat proses sedimentasi, kapal terpendam sedalam 2 meter. ’’Dari kepingan kayu dari perahu yang ditemukan, bisa diteliti usia perahu tersebut. Kemungkinan dari abad 1–13 Masehi,’’ ungkapnya.
Berdasarkan informasi didapat, diduga pantai timur Sumsel dulu merupakan area pelabuhan dan permukiman. Sejarawan dari Universitas Sriwijaya (Unsri) Dr Farida R. Wargadalem pernah menyebutkan, kawasan pantai timur Sumsel, mulai Musi Banyuasin, Banyuasin, hingga OKI, merupakan kawasan perdagangan nasional dan internasional pada masa pra-Sriwijaya hingga era Sriwijaya.
’’Karena itu, di sepanjang kawasan tersebut banyak ditemukan benda bersejarah,’’ ucapnya.
Dulu, kata Farida, pantai timur Sumsel menjadi lokasi perdagangan para pedagang dari Siam (sekarang Thailand), India, Vietnam, dan Tiongkok. Pada era Orde Baru, khususnya sejak 1980-an, kawasan tersebut menjadi jujukan transmigrasi.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *