Desainer Anna Mariana Pamerkan Gringsing di Jepang
Read Time:2 Minute, 0 Second
Jakarta, kabari.com – Hj. Anna Mariana dikenal sebagai desainer tenun dan songket dipercaya menjadi pembicara dalam acara ‘Afternoon Tea Kain Nusantara’ yang diselenggarakan Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kedutaan Besar Indonesia di Jepang. Kegiatan itu dilangsungkan di kediaman Duta Besar Indonesia, Arifin Tasrif di Tokyo, Jepang, pada 10 November 2018 lalu.
Pelestari tenun dan kain songket ini mengutarakan keistimewaan tenun ikat ganda Gringsing, yang hanya ada di Desa Tenganan, Magis, Karang Asem, Bali. Tenun Gringsing merupakan satu-satunya kain tenun tradisional Indonesia yang dibuat menggunakan teknik doubel ikat.
“Kain tenun Grinsing ini sudah ada sejak 1.500 tahun lalu. Saat ini sudah diklaim secara sah dan resmi sebagai warisan budaya dan tradisi Indonesia dan sudah pula diakui oleh UNESCO, kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia, pemerintah pusat dan masyarakat Bali. Kain ini juga sudah dilindungi secara Hak Paten oleh Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly,” terang Anna Mariana, yang juga pengusaha Butik di Kawasan Pondok Indah ini.
Dikatakannya pembuatan tenun Gringsing memerlukan waktu lima hingga 15 tahun. Hal itu dikarenakan prosesnya yang rumit. Mulai dari pembuatan benang, pewarnaan dengan hanya menggunakan bahan alami, hingga proses penenunan. Dan berdasarkan adatnya, bagi masyarakat Bali, tenun Gringsing dianggap bisa sebagai kain penolak bala.
“Ini bisa dilihat langsung dari kata Gringsing yang berasal dari kata ‘Gering’ yang berarti ‘sakit’ dan sing yang berarti ‘tidak’, sehingga bila digabungkan menjadi kata ‘tidak sakit’. Jadi jika mengenakan kain ini, diyakni tidak akan sakit dan bisa bebas dari bala,” ungkap perancang yang juga dikenal sebagai pengacara ini.
Pernah dikembangkan di Jepang
Anna mengungkapkan bahwa tenun dengan teknik jenis Gringsing ini pernah dikembangkan di Jepang, India dan beberapa negara lain.
“Tapi saat ini Jepang dan India tidak lagi mengembangkan Grinsing karena proses pembuatannya yang lama dan rumit. Sehingga produk ini punah dan hilang. Satu-satunya yang masih bertahan dan berkembang hanya di Indonesia dan hanya di Desa Tenganan Bali, para pengrajin itu melakukannya secara turun temurun,” kata wanita kelahiran Solo, kelahiran 1 Januari 1960.
Umumnya, tambahnya, masyarakat di desa Tenganan, memiliki kain Gringsing yang sudah berusia ratusan tahun dan digunakan untuk upacara khusus, paparnya.
“Di Bali, berbagai upacara, seperti upacara potong gigi, pernikahan, dan upacara keagamaan lain, dilakukan dengan bersandar pada kekuatan kain Gringsing,” kata isteri dari H. Tjokorda Ngurah Agung Kusumayudha ini.
Dalam acara tersebut, Anna menampilkan karyanya di fashion show bersama desainer tanah air lainnya, seperti Itang Yunaz, Nanie Rachmat, Sjully Darsono dan Runi Pala.*dc1
Average Rating